Minggu, 11 November 2012

Penyakit Ternak Unggas


Penyakit Pada Ternak Unggas
Nama Penyakit
Penyebab
Gejala
Pencegahan
Pengobatan, Vaksinasi
1.        Newcastle         Disease (exotic Newcastle Disease, Pseudovogel Pest, Atypical Geflugel Pest, Pseudo-Poultry Plague, Avian Pest, Avian Distemper, Raniched Disease, Tetelo Disease, Korean Fowl Plague,Avian Pneumonchepalitis, Penyakit Aukek.














































Family Paramixovirus, Genus Avulavirus






























































. Bentuk Velogenik Viscerotropik = Nafsu makan kurang, mencret darah, lesu, sesak napas, megap-megap, ngorok, batuk, bersiin, kelumpuhan yang lengkap/sebagian, penurunan produksi telur (berhenti sama sekali), balung dan pial kebiru-biruan cyanosis, angka kematian berkisar 80-100%, gejala ini disebabkan oleh strain velogenik tipe asia.
.Bentuk Pneumoencephalitis= Gejala saraf dan respirasi lebih menonjol dibanding gejala velogenik viscerotropik, Gejala respirasi seperti pada bentuk viscerotropik sedangkan gejala saraf seperti kelumpuhan dan torticolis lebih sering terjadi, penurunan produksi telur, angka kematian 60-80%, balung dan pial kebiru-biruan, Gejala bentuk seperti ini disebabkan oleh strain virus Velogenik tipe Amerika.
. Bentuk Mesogenik = Gejala respirasi seperti batuk, sesak, mengap-mengap, penurunan produksi telur (gejala yang sering menonjol pada ayam dewasa),angka ematian sekitar 10%  pada anak ayam sedangkan bagi ayam yang sembuh pertumbuhannya akan terhambat.
. Bentuk Asyimptomatik = Respirasi ringan, penurunan produksi telur, tidak menimbulkan kematian, bentuk gejala ini disebabkan oleh strain virus lentogenik.
Membersihkan kandang dengan kopra yang dibubuhi NaOH 2%  dan formalin 1-2% KmnO4, tempat pembersihan karkas harus terpisah, anak ayam berasal dari peternakan yang bebas ND, penggunaan karung bekas dihindari, dipintu masuk disediakan  tempat penghapus hama.
































Tidak Dapat Diobati.
Vaksinasi I = diberi pada anak ayam 1-2 hari melalui tetes mata, hidung dan mulut (dilarang melakukan penyuntikan karena tulang ayam masih rapuh)
Vaksinasi II = divaksin pada umur 2-4 minggu
Vaksinasi III = divaksin pada umur 3-4 bulan dan selanjutnya diulang setelah 6-12 bulan tergantung vaksin yang digunakan.




























2.        Marek (Mareks  Disease, Neurolymphomatosis gallinarum, Acute LeucosisPolyneuritis, Fowl Paralisys, Range Paralisys.





















3.        Infectious Laringo Trachitis (ILT)= Penyakit pada saluran pernapasan.

























4.        Chronik Respiratory Disease (CRD)= Infectious Sinusitis Of Turkeys, Mycoplasma Galisepticum Infection, Pleuro Pneumonia-Like Organism Infection (PPLO), Air Sacculitis In Chicken (pernapasan kronis), Air Sac Cold (peradangan pada kantong udara) yang ditandai dengan adanya perkejuan/bercak-bercak keju yang jika dilihat dengan mata telanjang terlihat seperti plastik, penyakit pernapasan menahun.








5.        Coccidiosis





6.        Avian  Enchephalomyelitis (Epdemic Tremor)





































7.        Fowl Pox (Difteri Ayam,cacar ayam)

















8.        Infectious Bronchitis (IB)

















9.        EGG Drop Syndrome 1976 (Eds-76)




























10.     Pullorum (Bacillary White Diarrhea, Salmonellis Unggas, Berak Kapur).














11.     Avian Influenza (Fowl Plague,Fowl Pest, Brunswick Bird plague, Fowl of bird grippe,Avian Flu, Bird Flu).





















































Virus Herpes golongan B.





























Virus yang termasuk golongan herpetoviridae atau herpes virus yang mengandung deoxyribonucleic (DNA)























Bakteri Mycoplasma Gallisepticum. Family Mycoplasma, ordo Mycoplasma Tales.



































Protozoa jenis Parastik. Family “emiridae”


Virus picoRNA








































Virus Fowl Pox-Virus DNA berukuran besar.

















Virus golongan Coronavividae-virus RNA.
















Virus dengan family “Adenovirus”.





























Bakteri Sallmonella Pullorum.













Virus dengan family “Ortomixovirus”.





















Kepucatan, hilang nafsu makan, lemah, mencret dan kurus, pada marek klasik apabila syaraf gerak yang diserang maka gejalanya kelemahan alat gerak, sayap terkulai, kelumpuhan spastik dari satu atau kedua kakinya. Apabila syaraf leher  yang terserang  terjadi corticolis. Apabila saraf vagus/ intertostalis maka terjadi gangguan pernapasan. Kadang terlihat mencret karena alat pencernaan terserang, kematian meningkat jika ayam tidak makan serta terinjak ayam yang lain, adakalanya ayam buta karena matanya terserang.



Mata selalu basah oleh air mata, batuk, bersin, mengibaskan kepala dengan kuat guna melepas sumbatan eksudat didalam trachea, lendir berdarah jika ditemukan dilantai, ayam mati mendadak meski dalam kondisi yang baik, ayam yang terinfeksi ILT menunjukkan bernafas dengan mulut terbuka dan tanda-tanda respirasi yang parah, tidak serupa bentuk enzootik ringan ILT, morbilitas pada bentuk enzootik  parah adalah 90-100% dan mortalitas 10-20%.









. Masa Inkubasi 4 – 21 hari =batuk, nafsu makan menurun,bergerombol dibawah brooder,biasanya seluruh kelompok ayam terserang meskipun derajat keparahan berbeda beda, tanpa komplikasi tidak menunjukkan gejala penyakit yang jelas. Pada ayam dewasa (cairan ingus katar keluar dari lubang hidung, batuk, bersuara pada waktu bernafas/ ngorok akibat tertimbunnya eksudat dalam sinus infraobitalis) , mata berair, jika bagian perut dibuka kantong hawa menjalani penebalan kekeruhan/perkejuan.





















Masa inkubasi 10-20 hari. Radang encepholomeitis lebih rendah 1 bulan, dilapangan ayam berusia 1-2 minggu lebih sering ditemukan yang terinfeksi penyakit ini, ekspresi mata yang redup (sempoyongan). Gejala khas= duduk pada paha dan jatuh ke samping. Gejala gemetar (tremor) pada kepala, leher dan sayap, penurunan produksi telur yang tiba-tiba (5-20%), daya tetas yang menurun ountuk telur pembibitan,menularkan penyakit secara vertikal (telur, embrio induk), ternak yang rentan umur 1-6 minggu dan usianya antara 2-3 minggu. Ayam dewasa dapat ditulari (sub klinis), burung puyuh, kuau, kalkun, secara alami dapat ditulari tetapi tidak serentan ayam, ayam berumur diatas 8 minggubila ditulari tidak memperlihatkan tanda-tanda klinis karena telah terbentuk kekeblan.


Terbentuknya papula (bintik) kecil berwarna kelabu pada kulit, beberapa radang bergabung dan terbentuk radang yang besar, bila keropeg terlepas maka akan terjadi pendarahan dibawahnya, proses cacar didaerah mata sering terjadi, pada cacar basah terlihat bercak berwarna kuning pada selaput lendir mulut dan laring, dari bercak yang terjadi terbentuk membran semu.

Gejala klinis = penyebaran penyakit sangat cepat, dari hidung keluar lendir, terdengar suara ngorok,mata terlihat selalu basah, selaput nictican berwarna merah, napsu makan dan minum menurun, kelainan pada telur (albumin kental dan encer, bentuk abnorma), pada ayam dewasa ngorok.




Tidak menunjukkan gejala yang terlihat (=kurang diperhatikan), produksi telur menurun secara menyolok,  jumlah konsumsi tidak menurun tetapi lambat dalam mengkonsumsi, bulu kusam, penurunan produksi telur yang mendadak pada ayam yang berada  pada puncak produksi, pada ayam yang menjelang produksi,biasanya produksinya tidak maksimal (tidak pernah tercapai standar), telur mengalami suatu kelainan (baik entuk maupu kandungan) bentuk telur menonjol pada bagian tertentu, perubahan mutu kerabang jelas terlihat (perubahan kerabang telur, berkorelasi dengan kandungan telur).


Gejala pada ayam yang dewas biasanya sulit diamati, bisa juga gejala nya seperti Depresi, kekurusan, Anemia (kurang darah),Diare, penurunan produksi telur.











Masa inkubasi 3-14 hari = Kematian unggas meningkat, penurunan produksi telur, tanda-tanda syaraf, Depresi,Anorexia, Bulu acak-acakan, jika bagian perut dibuka terdapat bintik-bintik darah pada hati,pembengkakan pada muka dan pial, bintik-bintik darah pada  proventikulus.

Higieni dan Sanitasi Perkandangan, pengendalian Vektor, pemilihan bangsa ayam yang resisten, pemilihan anak ayam yang berasal dari peternakan yang tidak terserang penyakit marek.












Karantina yang ketat, stamping out bila ada kasus (dibuang), ayam penderita atau tersangka ILT tidak dibenarkan untuk dipotong dan harus dimusnahkan.













Higienis dan sanitasi kandang, membesarkan anak ayam yang bersal dari peternakan ayam yang bebas CRD, melakukan uji aglutinasi secara periodik, tindakan vaksinasi tidak dianjurkan mengingat kekebalannya tidak sempurna dan adanya penularaan penyakit secara vertikal.
















Ayam yang sakit dibunuh (dbakar=stamping out), bagi ayam yang sehat diberi vitamin dan elektrolit, untuk daerah yang tertular jauhi pembuatan lokasi peternakan dilokasi yang masih sekitar lokasi tersebut, jika ada ternak yang sudah mati karena AE ternak tersebut dilarang dikeluarkan dari peternakan tersebut.
Bagi kendaraan/orang yang sering keluar masuk diberi dis infeksi(fenol), ternak yang ingin dipelihara berasal dari induk yang kebal terhadap penyakit tersebut, import ternak bebas dari AE, pada breeder dilakukan test terhadap status ayam, vaksinasi pada ayam 10-16 minggu (hal ini berlaku pada ayam petelur=layer).




Vaksinasi dengan vaksin cacar secara teratur untuk daerah-daerah endemic, peternakan yang tertular dilakukan isolasi, peggunaan pestisida untuk menekan populasi  dilakukannyamuk dapat








Memelihara lingkungan yang sehat, melakukan kontruksi (sanitasi kandang), suhu udara yang optimum, kepadatan kandang yang sesuai, mencegah kadar amoniasiyang tinggi, vaksinasi yang teratur sesuai anjuran pembuat vaksin.




Vaksinasi terutama untuk ayam yang berumur 2-3 minggu sebelum bertelur dengan menggunakan vaksin emulsi minyak (cara ini menguntungkan karena ayam akan kebal menjelang berproduksi dan pada saat akan mendapat infeksi penyakit, serta penularan vrus melalui telur akan dicegah).













Ditekankan pada sanitasi dan tatalaksana, kandang-sebelum dipakai semprotkan NaOH 2%, formalin 1-2%, fumigas formalin + KmnO4. Litter harus tetap dalam suasana kering, bersih, ventilasi baik, telur tetas dan anak ayam harus berasal dari peternakan bebas pullorum, melaksanakan pengujian pullorum.



































Memberantas insecta dan mice,memusnahkan karkas ternak yang sudah terinfeksi flu burung, menghilangkan kotoran, penyemprotan dis-infektan, membatasi/menghindari impor ternak yang sudah terinfeksi virus tersebut, melakukan surveinasi, melaksanakan biosekuriti, kontrol lalu lintas ternak dan manusia,memasukkan unggas baru kedalam flock, hindari pemeliharaan sekitar daerah yang terbuka lazim unggas air, pendidikan industri unggas, cepat tanggapi wabah HPAI (Highly Pathogenic Avian Influenza).

Tidak dapat diobati. 
Jenis Vaksin yang yang digunakan adalah vaksin hidup yang berasal dari (a) Virus Marek yang virulen yang dilemahkan (b) strain virus yang apatogen (c)virus Herpes yang di isolasi dari kalkun.
Vaksinasi terbaik dilakukan saat ayam berumur 1 hari.




Pengobatan Belum Ada.






















Tylosin 12,5  Mg/LB S6 atau 2g2/gallon air minum.
Oxy tetracylin 200 gr/ton makanan (1-2 minggu dosis 5-10 mg. IM. 2-4 minggu dosis 12,5-20 mg. IM. 4-8 minggu dosis 25-40 mg.IM. 8 minggu ke atas dosis 50 mg.IM).
Streptomycin 200mg/ ekor atau 25-50 mg/LB.
Spiramycin 100 mg/kg















Tidak ada pengobatan.































Tidak ada pengobatan.

















Tidak ada pengobatan.

















Tidak ada pengobatan.





























Furazolidone 0,022% dalam pakan efektif (220/ton pakan ternak tersebut).












Pengobata Belum Ada.
Vaksin in-aktif (tradisional) sudah efektif. Kelemahan vaksin ini yakni mahal, tidak ada perlindungan silang antara 16 sub tipe H.